Para ahli biologi sekarang ini banyak menaruh perhatian pada sel. Hal ini dikarenakan hampir seluruh pemahaman terhadap proses dan kegiatan-kegiatan yang terjadi pada makhluk hidup diawali dengan mempelajari struktur dan fungsi sel.
Pada masa lalu sebelum ditemukannya mikroskop, para ahli biologi belum menyadari akan pentingnya sel sebagai unit struktural dan fungsional dari kehidupan. Mengapa demikian? Karena skala penglihatan mata manusia sangat terbatas dan tidak mungkin dapat mengamati suatu objek yang berukuran kurang dari 100 mikron tanpa memakai alat bantu seperti mikroskop. Ukuran sel begitu kecil, berkisar antara 5 – 15 mikron. Ukuran sel yang sedemikian kecil itu di luar jangkauan pengamatan mata telanjang manusia. Hanya setelah ditemukannya suatu alat yang dinamakan mikroskop maka mulailah para ilmuwan mencurahkan perhatiannya pada apa yang dinamakan sel.
Struktur sel untuk pertama kali dilaporkan oleh seorang ilmuwan Inggris bernama Robert Hooke, tepatnya pada tahun 1665 atau kurang lebih 342 tahun yang lalu. Ia telah melakukan penelitian pada sayatan tumbuhan gabus (Quercus suber) yang sangat tipis dengan menggunakan mikroskop. Pada sayatan gabus tersebut ditemukan adanya ruang-ruang kosong yang dibatasi dinding-dinding dan tampak seperti sarang lebah madu. Ia memberi nama penemuannya itu ”cella” yang artinya ruang kosong.
Penemuan Robert Hooke mengenai struktur berongga yang terdapat pada sel gabus tersebut sebenarnya hanya mengenai sel mati. Di dalam sel semacam itu hanya terlihat rongga sel tanpa isi. Akan tetapi, penemuan tersebut telah memberikan dorongan kepada para ilmuwan lainnya untuk mempelajari dan menyelidiki sayatan-sayatan yang dibuat dari bagian tubuh makhluk hidup.